Pagi, 14 februari 2014, abu volkanik dari Kelud telah terhempas
sampai di kota kita. Ya, kota kita… Berdasarkan
analisis BMKG, abu dan pasir letusan Gunung Kelud pada lapisan 1.500 meter
terbawa ke arah Timur Laut, pada lapisan 5.000 meter ke arah Barat Laut dan
pada 9.000 meter ke arah barat (Kepala
Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya
kepada Tribunnews.com. Jumat,
14 Februari 2014 10:44 WIB). Material abu dan pasir tersebut melayang-layang di atmosfer dan
menyebar di daerah yang jauh dari Gunung Kelud. Wilayah barat lebih banyak
terjadi hujan abu dan pasir seperti di Pacitan, Ponorogo, Wonogiri, Bantul,
Yogyakarta, Sleman, Kulonprogo, Purworejo, Kebumen, Solo, Boyolali, Salatiga,
Temanggung. Sedangkan di bagian timur hujan abu hingga Malang, Surabaya,
Banyuwangi dan Ampenan NTB.
Tak ada yang bisa memungkiri kejadian alam seperti ini,
terutama bagi kita yang tinggal di Ring of Fire Zone. Sebuah aktifitas volkanik
sebagai bentuk dari siklus ekologis haruslah kita sadari bagaimana
perilaku maupun proses yang ada di dalamnya serta dampak dari semua itu. Foto
di bawah adalah salah satu dari akibat letusan Gunung Kelud tersebut. Foto ini
diambil hanya dari halaman tengah kos saya (red-penulis) di kota Yogyakarta. Kurang lebih sekitar 240km dari Gunung Kelud yang berda di Jawa Timur. Lokasi gambar bagian atas terimbuni oleh
pohon belimbing dan mangga tetap terselimuti hingga ketebalan
mencapai 1cm. Foto bagian bawah adalah keadaan rumah penduduk di sekitar Kali Code yang tertutup abu volkan hingga 2-3cm. Saat mengambil gambar cuaca mendung dan hujan abu sudah tidak terjadi lagi. Tetapi angin berhembus kencang sehingga membuat jarak pandang semakin dekat dan aktifitas warga belum normal sepenuhnya.
Gunung Kelud berdasarkan sejarah adalah volkan yang terbentuk dari proses subdaksi Indo-Australia dengan Eurasia. Begitu pula dengan sederetan gunung berapi yang berada di Jawa termasuk di dalamnya Sindoro dan Sumbing, teman hidupnya. Mereka sama-sama memiliki sejarah letusan, cerita masa lalu ketika mereka aktif berkegiatan volkanik. Sehingga bukan menjadi ‘juara’ jika Sindoro Sumbing selamanya memiliki predikat kawasan aman dari letusan. Memang saat ini kita hidup ketika kedua gunung tersebut mengalami fase yang tidak menunjukan kegiatan dalam waktu lama (dorman). Tetapi sewaktu-waktu masih memungkinkan untuk meletus. Hal ini dibuktikan Gunung Sindoro terakhir mengalami letusan pada tahun 1971 dengan skala ringan. Potensi terjadi letusan masih mungkin dan bersifat eksplosif karena dapur magma telah tertutup lapisan tanah dan bebatuan gunung. Selang bulan november 2011 dan sekitar Maret 2012 kembali menunjukkan aktifitasnya dengan adanya semburan asap solfatara di beberapa tempat pada dinding dan dasar kawah utama (Sejarah Letusan Gunung Sindoro, wikipedia.org).
“Gunung Sindoro yang juga berada di Jawa Tengah sampai
saat ini masih aktif. Hanya, tingkat aktivitasnya tidak seperti Merapi dan
belum terdeteksi adanya pergerakan magma. Namun, beberapa waktu lalu sempat
muncul asap sulfatara. Tetapi hanya sebatas itu saja,” ujar Subandriyo. “Saat
ini juga masih diteliti kenapa aktivitas Sindoro tidak sampai erupsi." Sambungnya (Kepala BPPTKG Yogyakarta kepada tempo.co).
Dari sinilah, sebagai penduduk yang berada di sekitar
Sindoro Sumbing, marilah kita hidup sewajarnya dan tetap waspada dalam keadaan
apapun. Kita hidup tidak jauh dari tubuh kedua gunung tersebut. Bahkan bisa dikatakan
sangat dekat bahkan sebagian dari kita melakukan cocok tanam hingga ke kawasan
lereng atas gunung untuk menanam tembakau. Sebagai warga tentunya tidak ada
salahnya jika kita mngetahui perilaku maupun dampak positif dan negatif dengan
adanya kedua gunung yang kita tempati ini. Sedikit pengetahuan saja dampak
positif dengan adanya gunungapi adalah:
1. Sumberdaya
alam seperti panas bumi, sebagai sumber listrik dari proses hidrotermal yang
tengah dikembangkan di Dieng.
2. Lahan
subur, akibat dari abu volkan maupun material lainnya mengandung unsur hara
yang baik untuk regenerasi tanah.
3. Recharge area dan pembagi hujan di daerah
sekitarnya, dimana sebagai kawasan penangkapan air tanah untuk sekitar kaki
gunung sindoro maupun sumbing.
4. Bentanglahan gunungapi Sindoro Sumbing yang eksotis
sudah barang tentu semua khalayak umum mengetahuinya.
Tentu saja dari semua itu gunungapi juga memiliki dampak negatif
yaitu berupa letusan. Erupsi akan mengeluarkan material-material yang berbahaya
bagi manusia serta bekas erupsi dalam jangka panjang adakalanya memberikan dampak buruk
berupa longsoran material atau banjir lahar dingin ketika diterpa hujan. Selain itu letusan
gunungapi akan memberikan dampak negatif secara fisik maupun psikis bagi
penduduk yang ada di sekitarnya. Seperti halnya dampak Gunung Kelud yang kita juga merasakan sepenuhnya sekarang ini. Sosialisasi
ancaman bencana dan tanggap darurat bagi
penduduk di sekitar gunungapi terutama Gunung Sindoro Sumbing sangatlah perlu dilakukan. Dan tak kalah penting peningkatan kewaspadaan warga yang ada di sekitarnya. Mengingat Sindoro
dan Sumbing adalah salah satu gunung aktif yang sedang 'tertidur'.