Tulisan ini hanya mengulas ringkas tentang kondisi
fisik Gunung Sindoro yang tercakup sebagai hulu Progo. Alasan praktis, Sindoro
merupakan salah satu bagian dari hulu DAS Progo sehingga menjadikan daerah
intim bagi kelangsungan hidup sepanjang aliran Progo. Tulisan ini hanyalah
salah satu wujud dari seonggok perhatian untuk Sindoro dengan segala realita
kehidupan yang ada didalamnya. Mengingat bagian tubuhnya merupakan penyangga
kehidupan bagian bawahnya.
Secara administrasi bagian hulu DAS Progo berada di
Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah, dengan posisi 389197 – 412641 mT dan 9184170 – 9204580 mU.
Atau secara geografis terletak di 7011’42” – 7022’46” LS dan 109059’44” –
110012’31” BT. Bagian timur, Sindoro memiliki rangkaian sungai-sungai tahunan
yang dibatasi oleh igir-igir dengan membentuk sebuah cekungan tangkapan air yang
mengalir hingga Samudera Hindia. Bagian ini dikenal dengan DAS Progo Hulu.
Sungai-sungai
besar tahunan yang mengalir ke dalam sungai utama Progo yang berasal dari
lereng Sindoro diantaranya adalah Kali Progo dan Kali Galeh. Keduanya bersumber
dari sungai-sungai musiman lereng Sindoro yang secara
fisik badan sungai bagian hulu berbentuk mengerucut pada bagian dasarnya (V).
Pengikisan bagian sisi tubuh sungai terjadi secara intensif sehingga
mengakibatkan sungai semakin curam dan dalam. Semakin ke bawah badan sungai
nampak lebih lebar dengan bagian dasar sungai datar membentuk persegi. Sebaran
sungai membentuk pola radial sentrifugal. Hal ini akibat dari bentuklahan yeng dipengaruhi oleh proses volkanik.
Secara morfologi mintakat tengah Jawa Tengah terdapat
jalur volkan kuarter yang terdiri dari sederatan gunungapi aktif, salah
satunya adalah Sindoro. Sebagai puncak volkan muda kuarter yang menutupi zona depresi
bagian tengah Jawa Tengah material hasil erupsi lampau masih dapat ditemukan
dengan mudah berupa lapilli maupun bom. Berdasarkan laporan penelitian dari Alhakim
(2013) Gunung Sindoro (bagian hulu DAS Progo) memiliki empat bagian ‘landform’
berdasarkan klas kemiringan lereng menurut Van Zuidam dan Cancelado (1979).
Bagian Dataran Kaki Gunungapi Sindoro dapat dengan mudah diamati
karena daerah ini ditandai dengan region nampak nyaris datar dengan kemiringan
antara 2%-8%. Nampak hamparan padi menghijau di petak-petak sawah saat musim
penghujan, dan identik kuning menyengat saat musim panen tiba. Suasana seperti ini
biasanya menyelimuti sebagian Kecamatan Ngadirejo, Parakan hingga Temanggung
kota yang saling dihubungkan dengan permukiman penduduk yang berkembang pesat
dengan segala aspek dinamika di dalamnya.
Bagian kedua bertopografi
berombak dengan poisisi berada di bagian atas dari daerah topografi landai
sebagai bentuklahan kaki gunungapi. Lereng yang ada memiliki kemiringan 8%
hingga 15% didominasi dengan lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan dn sebagian
kecil berupa tegalan. Masuk dalam wilayah sebagian Kecamatan Ngadirejo, Bansari
dan sebagian dari parakan, candiroto bagian timur dan sedikit bagian Kledung yang
berada di kawasan Dataran Antara
Sindoro-Sumbing. Selanjutnya adalah bagian lereng gunungapi dengan mintakat relief
miring hingga terjal ini didominasi dengan tegalan dan sawah tadah hujan yang
aktif digunakan pertanian tahunan yaitu tembakau dan palawija. Lereng dengan
kemiringan antara 15%-45% mengakibatkan morfologi sungai kebanyakan sempit
dengan bagaian dasar sungai berbentuk ‘V’. Kemiringan badan sungai yang ada
biasanya curam dan sangat sensitif mengalami pergerakan massa (mass movement) (Alhakim, 2013).
Bagian terakhir bertopografi bergunung dengan
kemiringan lereng hampir keseluruhan memiliki bidang miring lebih dari 45%
sebagai puncak gunungapi. Di dalamnya didominasi dengan lahan belukar, rumput
dan lahan terbuka berisi material volkan. Mintakat ini sebagian aliran sungai
mulai menghilang atau dapat dikatakan sebagai ujungnya hulu sungai. Banyak
aliran sungai yang pada saat tidak mengalirkan air menjadi aliran kering yang
memang terbentuk dari aliran lahar. Aliran sungai semakin menyempit dengan
morfologi terjal hingga sangat terjal sehingga sangat berpotensi mengalami
pergerakan massa tanah maupun batuan.
Para pembaca yang budiman pernahkah anda mendaki
sindoro via Desa Katekan (Kecamatan Ngadirejo)?? Anda dapat mencoba berpetualang dan bergumul dengan keindahannya sekaligus mencermati badan
Sindoro dengan morfologi hulu DAS Progo seperti yang saya ulas di atas. Tertarik dan merasa tertantang?? perlu dicoba ^____^
Pustaka:
Alhakim,
E.E. 2013. Pengaruh Kestabilan Lereng terhadap Kerentanan Gerakan Massa Tanah
di Sub DAS Progo Hulu Kabupaten Temanggung. UGM Yogyakarta.
Van
Bemmelen, R.W. 1968. Geologi Indonesia. Tjepat Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar