.
‘Mengupas segala realita sisi geografis dari lereng Sindoro’

landscape

landscape

Selasa, 11 Februari 2014

Secuil Ulasan Morfologi Lereng Timur Gunungapi Sindoro (Bagian Hulu Progo)


Tulisan ini hanya mengulas ringkas tentang kondisi fisik Gunung Sindoro yang tercakup sebagai hulu Progo. Alasan praktis, Sindoro merupakan salah satu bagian dari hulu DAS Progo sehingga menjadikan daerah intim bagi kelangsungan hidup sepanjang aliran Progo. Tulisan ini hanyalah salah satu wujud dari seonggok perhatian untuk Sindoro dengan segala realita kehidupan yang ada didalamnya. Mengingat bagian tubuhnya merupakan penyangga kehidupan bagian bawahnya.

Secara administrasi bagian hulu DAS Progo berada di Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah, dengan posisi 389197 – 412641 mT dan 9184170 – 9204580 mU. Atau secara geografis terletak di 7011’42” – 7022’46” LS dan 109059’44” – 110012’31” BT. Bagian timur, Sindoro memiliki rangkaian sungai-sungai tahunan yang dibatasi oleh igir-igir dengan membentuk sebuah cekungan tangkapan air yang mengalir hingga Samudera Hindia. Bagian ini dikenal dengan DAS Progo Hulu.
Sungai-sungai besar tahunan yang mengalir ke dalam sungai utama Progo yang berasal dari lereng Sindoro diantaranya adalah Kali Progo dan Kali Galeh. Keduanya bersumber dari sungai-sungai musiman lereng Sindoro yang secara fisik badan sungai bagian hulu berbentuk mengerucut pada bagian dasarnya (V). Pengikisan bagian sisi tubuh sungai terjadi secara intensif sehingga mengakibatkan sungai semakin curam dan dalam. Semakin ke bawah badan sungai nampak lebih lebar dengan bagian dasar sungai datar membentuk persegi. Sebaran sungai membentuk pola radial sentrifugal. Hal ini akibat dari bentuklahan yeng dipengaruhi oleh proses volkanik.

Secara morfologi mintakat tengah Jawa Tengah terdapat jalur volkan kuarter yang terdiri dari sederatan gunungapi aktif, salah satunya adalah Sindoro. Sebagai puncak volkan muda kuarter yang menutupi zona depresi bagian tengah Jawa Tengah material hasil erupsi lampau masih dapat ditemukan dengan mudah berupa lapilli maupun bom. Berdasarkan laporan penelitian dari Alhakim (2013) Gunung Sindoro (bagian hulu DAS Progo) memiliki empat bagian ‘landform’ berdasarkan klas kemiringan lereng menurut Van Zuidam dan Cancelado (1979). Bagian Dataran Kaki Gunungapi Sindoro dapat dengan mudah diamati karena daerah ini ditandai dengan region nampak nyaris datar dengan kemiringan antara 2%-8%. Nampak hamparan padi menghijau di petak-petak sawah saat musim penghujan, dan identik kuning menyengat saat musim panen tiba. Suasana seperti ini biasanya menyelimuti sebagian Kecamatan Ngadirejo, Parakan hingga Temanggung kota yang saling dihubungkan dengan permukiman penduduk yang berkembang pesat dengan segala aspek dinamika di dalamnya.


Bagian kedua bertopografi berombak dengan poisisi berada di bagian atas dari daerah topografi landai sebagai bentuklahan kaki gunungapi. Lereng yang ada memiliki kemiringan 8% hingga 15% didominasi dengan lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan dn sebagian kecil berupa tegalan. Masuk dalam wilayah sebagian Kecamatan Ngadirejo, Bansari dan sebagian dari parakan, candiroto bagian timur dan sedikit bagian Kledung yang berada di kawasan Dataran Antara Sindoro-Sumbing. Selanjutnya adalah bagian lereng gunungapi dengan mintakat relief miring hingga terjal ini didominasi dengan tegalan dan sawah tadah hujan yang aktif digunakan pertanian tahunan yaitu tembakau dan palawija. Lereng dengan kemiringan antara 15%-45% mengakibatkan morfologi sungai kebanyakan sempit dengan bagaian dasar sungai berbentuk ‘V’. Kemiringan badan sungai yang ada biasanya curam dan sangat sensitif mengalami pergerakan massa (mass movement) (Alhakim, 2013). 

Bagian terakhir bertopografi bergunung dengan kemiringan lereng hampir keseluruhan memiliki bidang miring lebih dari 45% sebagai puncak gunungapi. Di dalamnya didominasi dengan lahan belukar, rumput dan lahan terbuka berisi material volkan. Mintakat ini sebagian aliran sungai mulai menghilang atau dapat dikatakan sebagai ujungnya hulu sungai. Banyak aliran sungai yang pada saat tidak mengalirkan air menjadi aliran kering yang memang terbentuk dari aliran lahar. Aliran sungai semakin menyempit dengan morfologi terjal hingga sangat terjal sehingga sangat berpotensi mengalami pergerakan massa tanah maupun batuan.
Para pembaca yang budiman pernahkah anda mendaki sindoro via Desa Katekan (Kecamatan Ngadirejo)?? Anda dapat mencoba berpetualang dan bergumul dengan keindahannya sekaligus mencermati badan Sindoro dengan morfologi hulu DAS Progo seperti yang saya ulas di atas. Tertarik dan merasa tertantang?? perlu dicoba ^____^



Pustaka:

Alhakim, E.E. 2013. Pengaruh Kestabilan Lereng terhadap Kerentanan Gerakan Massa Tanah di Sub DAS Progo Hulu Kabupaten Temanggung. UGM Yogyakarta.
Van Bemmelen, R.W. 1968. Geologi Indonesia. Tjepat Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar