Dunia
mengenal rambut gimbal dengan model gembel, menggumpal, menyatu
tak terurai tiap helainya karena terlalu sulit untuk disisir dan terkesan tak
rapi. Banyak yang ‘meggimbal’ rambutnya. demi menambah daya tarik karena
tuntutan pekerjaan, sensasi, sekedar gaul, keren atau memang sebuah
keterlanjuran tak pernah merawat rambut. Gimbal tidak hanya dimiliki oleh
kalangan artis atau muda – mudi yang lekat dengan ikon rasta. Salah satunya anak-anak
di lereng Gunung Sindoro sebagai keturunan ‘penduduk asli’ Dieng memiliki
rambut gimbal yang tak kalah ‘reggae’nya dengan Mbah Surip si-penyanyi gimbal.
Fenonemana anak gimbal di lereng sindoro
sudah menjadi bahan perbincangan para budaya, sosiolog maupun antropolog yang cukup
hangat. Bukan sensasi dari si-anak ataupun orang tua, tetapi memang terlahir
sebagai titisan salah satu tokoh spiritual Dieng yang termakan dengan sumpahnya
akibat keinginan yang tak tersampaikan.