.
‘Mengupas segala realita sisi geografis dari lereng Sindoro’

landscape

landscape

Rabu, 13 Februari 2013

BENTANGLAHAN SINDORO


Sindoro, Sindara atau Sundoro adalah kesamaan nama yang dimiliki oleh salah satu paku bumi yang secara administratif berada di Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Gunung bertipe strato kuarter ini menjulang menembus awan setinggi 3.150 mdpl dengan megah nampak gagah berirama dengan Sumbing di sisi sampingnya. Termasuk dalam daftar gunung semi aktif dengan posisi geografis terletak pada koordinat 7,30LS dan 109,9920BT menjadikan salah satu gunung yang tidak dapat diabaikan oleh pakar vulkanologi.
Menurut Pannekoek (1949), Gunung Sindoro termasuk dalam rangkaian gunung kuarter dengan tipe strato. Gunung ini memiliki topografi datar-landai pada bagian dataran kaki hingga sangat terjal di bagian kerucut. Material yang ada terdiri atas material yang dihasilkan dari tipe letusan yang berubah dan berkali – kali sehingga menghasilkan susunan yang berlapis dari berbagai jenis batuan. Akibatnya terbentuk suatu gundukan dengan bentuk kerucut raksasa. 
Sejarah terbentuknya Gunung Sindoro tidak terlepas dari aktivitas magma yang ada di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa. Kegiatan ini diawali dengan adanya pergerakan busur tepi benua. Kedua lempeng saling mendekati sehingga menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng menunjam ke bawah yang lain. Pada bagian belakang jalur ini terbentuk kegiatan magmatis dan gunung api dan cekungan pengendapan.

Di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera hingga Nusa Tenggara terjadi peristwa serupa. Yaitu subdaksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Gerakan antar lempeng ini menyebabkan panas dan tekanan sehingga magma cair yang berada pada bidang gesek tersebut tertekan kepermukaan bumi. Saat magma naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Magma chamber inilah yang merupakan gudang (reservoir) darimana letusan material-material vulkanik berasalAkibat gesekan antar kerak tersebut terjadi plelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi benua.
Sejarah letusan dan peningkatan aktivitas volakanik diketahui berdasarkan catatan yang dimulai dari abad 19 M. Dari catatan sejarah dan endapan material hasil letusan diketahui karakter letusan Sindoro termasuk dalam tipe Stromboli. Material letusan berupa abu dan batu pijar aktif terlontar hingga tahun 1906. Setelahnya hanya diketahui adanya peningkatan aktivitas volkan berup suara gemuruh, gempa volkanik dan pengeluaran asap putih dari kawah hingga tahun 2012.
  • 1806?, Letusan di puncak gunung. Masih disangsikan kebenarannya.
  • 1818, Terjadi letusan abu yang menyebar hingga Pantai Pekalongan. Bulan tidak diketahui.
  • 1882, Terjadi letusan abu di Gunung Kembang. Abunya jatuh hingga di Kebumen. Antara 1-7 April kemungkinan terjadi leleran lava di lereng barat laut.
  • 1883?, Peningkatan aktivitas vulkanik. Kemungkinkan terjadi letusan pada bulan Agustus.
  • 1887, 13-14 November. Terdengar suara ledakan.
  • 1902, 1-25 Mei. Kegiatannya terbatas pada bualan lumpur dan lontaran batu pijar yang jatuh kembali di lubang letusan.
  • 1903, 16-21 Oktober. Letusan di rekahan kali Prupuk di atas Gunung Kembang, di antara ketinggian 2850-2980 meter (letusan samping). Hujan abu sampai di Kejajar dan Garung.
  • 1906, 22 September-20 Desember. Letusan di rekahan S1 dan terbentuknya K5 di selatan dataran pasir Z1. Pada 25 September, terjadi hujan abu di Kledung. Tanaman banyak yang rusak, rumah penduduk terbakar.
  • 1908, 10 Februari. Peningkatan aktivitas vulkanik. Terdengar suara gemuruh.
  • 1910, Januari. Peningkatan aktivitas vulkanik. Di Temanggung kadang-kadang terdengar suara gemuruh.
  • 1970, Setelah beristirahat selama kurang lebih 60 tahun, terdapat lagi kenaikan aktivitas vulkanik tanpa menghasilkan suatu letusan. Adapun urutannya adalah sebagai berikut :
  • 21 Oktober kira-kira pukul 05.30 dan pada 28 Oktober kira-kira pukul 06.30, terasa bumi bergetar di Kampung Sigedang di lereng barat laut, kurang lebih 4,5 km jauhnya dari puncak.
  • 29 Oktober. Mulai tampak asap putih tipis mengepul dari lubang letusan lama.
  • 1 November. Kira-kira pukul 06.00, tampak asap putih tipis lurus mengepul ke atas.
  •  2 November. Pada pagi hari kira-kira pukul 06.00 Tampak asapnya menebal. Antara pukul 09.00 hingga 14.00 terdengar suara blazer.
  • Di malam hari tampak asap berwarna merah di atas Gunung Sindoro, kemudian di siang hari asap putihnya menipis kembali.
  • Hamidi dan Hadian (Juni 1973), telah melakukan pendakian puncak, demikian pula Reksowirogo, tetapi tidak tampak bekas peningkatan aktivitas vulkanik tersebut.
  • 2011, November 2011 - 30 Maret 2012. Terjadi semburan asap solfatara di beberapa tempat pada dinding dan dasar kawah utama. Aktivitas kegempaan juga mengalami peningkatan sejak bulan November 2011.
Gunung sindoro memiliki sumber daya lahan yang sangat baik. Timbunan material volkan yang telah lama terendapkan di bagian sisi lereng – lerengnya sangat mendukung untuk dilakukan usaha komoditas pertanian maupun perkebuanan yang menghasilkan mutu unggul. Beberapa komoditas unggulan seperti kentang dan tembakau banyak dikembangkan di kawasan tersebut meskipun belum  dapat meningkatkan pendapatan petani secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan wilayah yang sesuai untuk komoditas tersebut sangat terbatas baik dari sesesuaian lahan (tanah dan iklim) maupun ketersediaan sarana pertanian (air atau irigasi), serta keterampilan petani yang relatif rendah.Bagian lereng barat di dominasi oleh lahan hutan dan pertanian sedangkan bagian timur mayoritas berupa lahan petanian dan berjarak 1 km dari puncak berotasi berupa lahan terbuka. 

PUSTAKA
Catatan Sejarah Letusan Gunung Api Indonesia
Pannekoek (1949)
Van bemmelen, geologi indonesia.


  

1 komentar: